Cerpen Cinta : Ada Cinta
Aku kembali teringat lagi akan
hal itu, sesuatu yang membuat aku sakit karena kejadian itu telah
merenggut nyawa seseorang yang sangat aku sayangi dan sangat berarti
dalam hidupku. Ketika aku menderita penyakit jantung stadium lanjut, aku
sudah divonis tidak dapat sembuh, kecuali ada seseorang yang mau
mendonorkan jantung nya untukku. Ketika itu keajaiban datang
menghampiriku, ada seseorang yang sukarela dan senang hati mau
mendonorkan jantungnya untukku tetapi aku tidak tau siapa orang itu. Dan
2 hari kemudian aku di operasi, operasiku berjalan dengan lancar. Aku
pun sembuh. Tidak ada penyakit lagi yang menempel ditubuhku. Tetapi aku
belum diperbolehkan pulang, karena keadaanku belum stabil.
Ketika aku sedang terbaring ditempat tidur rumah sakit, aku ditemani mamah. Tetapi ada seseorang lagi yang aku tunggu.
“Morgan…
mah, Morgan dimana??” Tanya ku kepada mamah yang sedari tadi duduk
disamping tempat tidurku. Tapi mamah menanggapinya dengan wajah sedih.
“Morgan lagi tidur sayang,,”
jawab mamah dengan mata berlinang seraya membelai rambutku. Aku pun
tersenyum mendengar jawaban mamah.
3 hari kemudian aku
diperbolehkan pulang. Aku sangat senang sekali,
tetapi kepulangan ku ini terasa ada yang kurang, karena Morgan kekasih ku tidak menjemputku. Melainkan aku dijemput oleh papah dan mamah.
tetapi kepulangan ku ini terasa ada yang kurang, karena Morgan kekasih ku tidak menjemputku. Melainkan aku dijemput oleh papah dan mamah.
“mah, pah.. Morgan mana?? Koq dia gak jemput aku??” tanyaku kepada mamah dan papah.
“sebaiknya
kamu masuk mobil dulu ya sayang” jawab papah. Aku pun menuruti apa kata
papah. Sesampainya dirumah, mamah dan papah langsung masuk kedalam
rumah meninggalkanku yang termenung sendiri didalam mobil.
“koq mamah ama papah aneh gitu
yah?? Apa yang mereka sembunyikan??” gumamku. Aku pun keluar dari mobil
dan masuk kedalam rumah. Aku menghempaskan tubuhku dikasurku yang empuk
yang sudah lama tidak aku tempati ketika aku sedang dirawat dirumah
sakit. Aku sangat kangen dengan kamarku. Tiba-tiba mataku tertuju kepada
foto seseorang yang terpajang dikamarku. Morgan, dimana dia sekarang
kenapa disaat kepulanganku dari rumah sakit dia sama sekali tidak
muncul. Aku pun mencoba menelpon nya, tetapi tidak aktif. Aku pun segera
mengambil kunci mobil ku dan melaju ke rumah Morgan. Ketika aku sampai
dirumahnya, pintu rumah itu tidak terkunci aku pun masuk kerumah Morgan.
Ketika sampai diruang tamu, aku melihat foto Morgan dikalungi bunga. Ya
Tuhan, pertanda apa ini.
“Mezty…” seseorang memanggilku. Ketika aku menoleh terlihat mamanya Morgan tengah berdiri dihadapanku.
“tante.. Ini maksudnya apa??” tanyaku kepada tante sambil memperlihatkan foto Morgan yang dikalungi bunga.
“kamu yang tabah ya sayang,, Morgan sekarang sudah tenang di alam sana” jawab mamah Morgan.
“hah?? Maksud tante apa??” tanyaku lagi.
“Morgan sudah meninggal sayang” kata mamah Morgan dengan mata berlinang.
“apa??
Gak, gak mungkin.. Tante pasti bohong kan,, gak mungkin Morgan
ninggalin aku” aku menangis histeris mendengar pernyataan tante bahwa
Morgan kekasih ku sudah meninggal. Mamah Morgan langsung memelukku, dan
ikut menangis.
“Morgan sekarang memang sudah pergi sayang, tetapi dia masih tetap dihati kamu” kata mamah Morgan.
“maksud tante??” tanyaku.
“Morgan sudah mendonorkan
jantungnya buat kamu Mezty” Aku terkejut mendengar pernyataan itu.
Bahwa orang yang telah sukarela mendonorkan jantungnya untukku selama
ini adalah Morgan.
“waktu mau
kerumah sakit menjenguk kamu, hari itu hujan deras, Morgan pergi sendiri
naik mobil, ketika diperjalanan ban mobil Morgan kempes dan mobil nya
hilang kendali. Mobil Morgan menabrak pohon besar, kepala Morgan
terbentur dan mengeluarkan banyak darah. Morgan sekarat Mezty, disisa
akhir hidupnya dia ingin menbahagiakan kamu dengan mendonorkan
jantungnya untuk kamu. Dia ingin kamu tetap hidup Mezty…” jelas mamahnya
Morgan.
Aku pun kembali menangis.
Mamahnya Morgan mencoba menenangkan ku. Aku pun berpamitan kepada
mamahnya Morgan untuk pulang. Aku mencoba tabah menerima semua ini,
walaupun Morgan sudah tidak bersamaku lagi, dia akan selalu berada
dihatiku. Karena jantungnya, adalah jantungku.
***
1 tahun kemudian…
Hari
itu panas matahari sangat terik. Aku mempercepat langkah ku menuju
kelasku. Sekarang aku kuliah semester 2. Tetapi ketika dijalan menuju
kelas, aku tak sengaja menubruk seseorang, sehingga orang itu jatuh.
“bruukkk,,”
“aduh, aduh maaf yah” aku meminta maaf.
“maaf-maaf, sakit tau!!” jawab cowo itu dengan songong nya.
“idih kan gue udah minta maaf, koq malah nyolot sih??” aku balik nyolot.
“elo
sih jalan gak pake mata!!!” sahut cowo itu. Cowo itu lalu berlalu dari
hadapanku. Dengan hati kesal, aku pun kembali melanjutkan langkahku ke
kelas. Sesampainya dikelas, aku menghampiri kedua temanku, Putri dan
Grace.
“hey, hey..” sapaku.
“hey Mez, tumben loe telat??” Tanya Grace dengan suaranya yang cempreng.
“iya nih,, kita udah nungguin loe dari tadi tau” timpal Putri.
“sorry,, tadi lagi dihalang ama cowo songong” sahutku sambil menaruh tas ku diatas meja.
“cowo songong?? Siapa?” Tanya Grace.
“gak tau, tapi kayaknya dia baru deh dikampus ini” jawabku.
“ohh…”
sahut mereka bersamaan. Ketika kami bertiga tengah asyik
berbincang-bincang, pak dosen pun datang, di ikuti seorang mahasiswa
baru dibelakangnya. Wajah mahasiswa itu sangat familiar bagiku.
“dia kan yang gak sengaja gue tubruk tadi??” pikirku dalam hati.
“perhatian-perhatian,, harap diam sebentar” kata pak dosen. Suasana kelas pun menjadi hening tak bersuara.
“hari ini kita kedatangan
mahasiswa baru, dia pindahan dari Paris. Dia termasuk mahasiswa
berprestasi dikampusnya, ayo nak perkenalkan diri kamu” pak dosen
mempersilahkan cowo itu memperkenalkan diri.
“ehem,,
hay temen-temen kenalin nama saya Rafael Landry Tanubrata. Saya baru
saja pindah dari Paris. Tapi saya asli orang Indonesia koq :D saya
harap, kalian bisa menerima saya dengan baik. Terimakasih :)” katanya
sambil tersenyum manis yang membuat cewe-cewe dikelas ku terpana melihat
ketampanan nya.
“oke Rafael silahkan kamu duduk disebelah sana” kata pak dosen sambil menunjukkan bangku yang masih kosong.
“baik pak” Rafael pun duduk dibangku nya.
“wahhh ganteng banget :D” kata Grace.
“idihhh ganteng apa’an, sipit gitu” sahutku.
“ihh, tapikan imut :P” Balas Grace.
Ketika kelas bubar, cewe-cewe
banyak yang mendekati Rafael. Ada minta nomer hp lah, nama twitter lah,
pin BB lah,, pokoknya apa lah. Tetapi aku beda dengan yang lain. Aku
sama sekali tidak tertarik dengan sosok Rafael, karena aku belum
mengenalnya sama sekali.
Aku pun mampir ke toko seberang
untuk membeli coklat. Coklat itu mengingatkan ku kepada seseorang.
Morgan, ya Morgan sangat suka dengan coklat. Ketika aku sedang sedih
karena mengingat masa-masa indah ku bersama Morgan, aku selalu ingin
makan coklat.
“huhh, kebetulan
coklatnya sisa satu” gumamku. Ketika aku hendak mengambil coklat itu,
ada seseorang yang juga hendak mengambilnya.
“heh, mau loe apa’in coklat gue??” bentakku.
“hah,, coklat loe?? Ni coklat tuh punya gue!!!” orang itu ternyata Rafael, mahasiswa baru tadi.
“enak
aja, gue yang dapet duluan!!!” aku tidak mau kalah. Tetapi Rafael tetap
saja merebut coklat itu dari tanganku, dan dia langsung lari ke kasir.
“coklatnya udah gue beli weeekkk
:P” Rafael menjulurkan lidahnya. Aku pun menjadi kesal. Aku mengejar
Rafael sampai ke taman dekat kampus.
“balikin gak coklat gue??” bentakku kepada Rafael.
“ini
coklat gue yang bayar, jadi ini tuh punya gue” sahut Rafael. Aku pun
merasa lelah karena sudah mengejar-ngejar Rafael. Aku pun duduk di
bangku taman.
“aduhh cape gue” keluh ku.
“lagian siapa suruh lari-lari” Rafael duduk disebelahku.
“elo sih…” sahutku.
“yaudah biar adil ni coklat kita bagi 2, oke??” kata Rafael.
“hmm,
yaudah deh oke” jawabku. Rafael pun membagi 2 coklat itu. Rafael
memakannya dengan lahap. Rafael mengingatkanku kepada seseorang yaitu
Morgan. Sikap dan tingkah lakunya hampir setengahnya mirip dengan
Morgan.
“ohh iya dari tadi kita kan belom kenalan.. nama loe siapa??” Tanya Rafael.
“gue Mezty” jawabku.
“ohh…” sahut Rafael.
“loe suka banget ya ama coklat??” tanyaku ke Rafael.
“iya,,
suka banget malah” jawab Rafael sambil mengunyah coklat nya. Aku terus
menatap Rafael dalam-dalam. Aku seperti melihat Morgan didalam diri
Rafael.
“loe kenapa sih ngeliatin gue kaya gitu??” Tanya Rafael dengan wajah heran.
“emm gak papa koq” jawabku dengan wajah gugup.
“ohh… Ehh gue tinggal dulu ya,
masih ada urusan nih. Bye” Rafael melambaikan tangannya. Aku membalas
lambaian tangan Rafael. Aku pun pulang kerumah karena hari ini kelas
sudah habis. Setelah sampai dirumah, aku melihat ada sebuah mobil sedan,
parkir dihalaman rumahku. Aku seperti mengenal mobil itu. Ketika aku
masuk kedalam rumah, mamah langsung menghampiriku.
“kamu sudah pulang Mezty… mamah punya kejutan buat kamu” kata mamah.
“apa itu mah??” tanyaku.
“ada seseorang yang pengen ketemu sama kamu” jawab mamah sambil memegang pundakku.
Ketika aku melangkahkan kaki ku menuju ruang tamu, aku terkejut. Wajah lelaki itu sudah tak asing lagi dimataku.
“Bisma…” panggilku. Bisma pun menoleh.
“Mezty…”
sahut Bisma dengan wajah riang bukan kepalang ketika melihatku. Senyum
pun mengembang dibibir nya. Bisma adalah teman masa kecilku. Dia kuliah
di Bandung. Dia sering menjengukku disini kalo sedang liburan semester
saja.
“lo apa kabar Bis… udah lama lo gak main kesini,,” kataku sambil memeluk Bisma.
“Alhamdulillah baik Mez,, nahh lo sendiri apa kabar?? :D” Tanya Bisma.
“baik juga koq, ohh iya udah lama lo disini??” tanyaku.
“udah, sekitar sejam yang lalu. Gue tuh nungguin lo tau” jawab Bisma.
“ahh masa sehh???” kataku bercanda.
“kalian berdua ngobrol-ngobrol dulu yah, tante mau kedapur dulu” kata mamah.
“oke mah!” sahutku.
“emm Bis, gimana kalo kita ngobrol nya ditaman belakang aja. Biar lebih leluasa gitu..” ajakku.
“oh
yaudah yuk!” Bisma menarik tanganku. Ketika sampai ditaman belakang,
aku dan Bisma duduk dibangku taman, sambil menatap air kolam yang
jernih.
“Mez…” panggil Bisma.
“emmt??” sahutku.
“btw, lo udah dapet penggantinya Morgan??” pertanyaan itu membuat aku terkejut.
“koq lo nanya gitu sih??” jawabku.
“emm, gak boleh yah?? Gue minta maaf yahh,,” kata Bisma.
“nyantae aja kali Bis, gue gak marah koq :)” sahutku sambil tersenyum kepada Bisma.
“ohhehee,,
gue kira lo marah :D” sahut Bisma. Aku hanya tersenyum. Bisma anaknya
memang baik dan humoris. Tetapi setiap kali bertemu denganku, seperti
ada yang mau dia ucapkan kepadaku. Tapi aku tidak tau apa.
“ehm, Mez… kalo gue gantiin
Morgan dihati lo, bisa gak??” pertanyaan Bisma itu membuatku
mengkerutkan dahi. Mengapa Bisma lancang berbicara seperti itu. Padahal
dia tau sendiri bahwa aku belum bisa melupakan Morgan.
“Bis, lo tau sendiri kan, gue
belum bisa ngelupain Morgan. Morgan selalu ada dihati gue. Dan gak ada
orang lain satupun dihati gue kecuali Morgan,,, Cuma Morgan, Bisma…”
jawabku.
“Mezty dengerin gue!!!
Lo harus cari cinta lo yang baru, Morgan udah gak ada Mez, dia udah
tenang dialam sana! Pasti dia juga bakalan sedih kalo terus-terusan
ngeliat lo nangis gara-gara mikirin dia terus. Lo ngerti kan maksud gue
Mez??” jelas Bisma.
“Morgan cinta sejati gue Bisma…
Dia akan selalu ada dihati gue,, gue sayang dia Bisma…” aku pun mulai
menitikkan air mata. Bisma kemudian menggenggam tanganku, dan dia
mendekapku.
“gue siap, buat gantiin Morgan dihati lo Mez…” kata Bisma. Aku pun melepas dekapan Bisma.
“gue
butuh waktu Bisma…” aku pun berlari masuk kedalam rumah meninggalkan
Bisma duduk sendiri dibangku taman. Berat hatiku untuk menerima Bisma.
Dia terlalu baik untukku. Dan aku sama sekali tidak mencintai Bisma. Aku
sudah menganggap Bisma sebagai kakaku sendiri.
****
Keesokkan
harinya dikampus, aku buru-buru ke kelas. Karena hari ini ada ujian
mendadak, ketika aku sudah sampai didepan kelas, ternyata tali sepatuku
lepas dan terinjak. Otomatis aku jatuh terkapar dilantai, dan buku-buku
yang kubawa jatuh berserakan.
“adooohhhh!!!!” jeritku.
“ishh,, pake acara jatoh segala.
Duh berantakan deh bukunya” gumamku. Ketika aku sedang merapikan
bukuku, ternyata ada seseorang yang membantuku.
“makanya lain kali kalo jalan, tali sepatunya diiket dulu donk. Nih buku lo!” ternyata dia Rafael.
“emm makasih ya Raf, hehe :D” kataku.
“udah yuk masuk, entar pak dosen
dateng lagi” Rafael menarik tangaku. Ketika aku duduk dibangku, Putri
dan Grace menatap heran kepadaku.
“lo sakit ya Mez??” Tanya Putri.
“enggak koq! Kenapa emang??” tanyaku balik.
“koq lo bisa bareng Rafael sih?? Bukannya lo gak suka ama dia??” kata Grace.
“yee… gue barengan ama dia bukan berarti gue suka ama dia!!!” sahutku.
“emm,, bisa aja kan ntar jadi cinta… heheehe :D” ledek Putri.
“hahahahaaa :D” Grace tertawa dengan suaranya yg bikin melengking ditelinga.
“udah-udah
ahh, ngapain sih ngomongin dia. Entar orangnya denger, trus kege’eran
lagi” kataku, sambil focus pada handphone ku. Putri dan Grace cuman
nyegir gak jelas.
Ketika jam kuliah selesai, aku
pun pulang. Karena aku merasa tidak enak badan. Dijalan aku menunggu
jemputan supirku. Karena hari ini aku lagi gak mood bawa mobil. Ternyata
jemputannya lama sekali.
“aduhh, lama banget sih…
arrghhh..” kepalaku terasa sakit. Aku pun hampir pingsan. Tetapi untung
saja ada seseorang yang menolongku.
“ehh, ehh Mez… lo kenapa???” ternyata Rafael lah yang menolongku.
“kepala gue pusing banget. Dan gue lagi nungguin jemputan, dari tadi belom dijemput” kataku.
“ohh yaudah lo bareng gue aja, kasian kan lo nya nunggu lama. Malah harinya panas banget lagi, yuk!” ajak Rafael.
“gak ngerepotin nih??” tanyaku lagi.
“enggak,
udah ayok!” Rafael mengajakku pulang dengan menaiki mobilnya. Semakin
hari, aku dan Rafael semakin dekat saja. Dijalan Rafael tidak mau aku
diam, dia terus mengajakku bicara. Dia orangnya lucu, sama persis
seperti pacarku yang telah tiada, Morgan.
“yang mana nih rumah lo??” Tanya Rafael.
“itu tuhh yang udah deket, nomer
8” jawabku. Aku dan Rafael pun sampai didepan gerbang rumahku. Ternyata
Bisma main lagi kerumahku. Bisma melihat aku pulang diantar oleh
Rafael. Bisma pun menampakkan wajah cemburu.
“makasih ya Raf, ehh gak mampir dulu??” tawarku.
“gak deh Mez,, lain kali aja. Gue balik dulu ya bye!!” Rafael melambaikan tangannya. Yang kubalas dengan senyuman.
“siapa tuh??” Tanya Bisma dengan nada penuh curiga.
“temen gue, emang kenapa??” tanyaku.
“koq lo pulang dianterin dia?? Emang supir gak jemput lo??” Bisma menyipitkan mata.
“supir tadi gak jemput, yaudah gue pulang aja sama dia,,, lo kenapa sihh nanya-nanya??” aku heran kepada Bisma.
“kenapa lo tadi gak nelfon gue aja, biar gue yang jemput lo!!! Malah lo dianterin pulang ama dia, heh!” kata Bisma.
“ya mana gue tau kalo lo main lagi kesini!” sahutku sambil berjalan masuk kedalam rumah.
“gue cemburu Mezty…” kata Bisma. Aku pun membalikkan badan.
“terserah
apa kata lo!!!” jawabku. Aku pun kembali masuk kedalam rumah. Dan
mengunci diriku didalam kamar. Dikamar aku menangis, menatapi foto
Morgan yang selama ini masih terpajang dimeja belajarku.
“Gan, aku udah nemuin seseorang
yang mirip banget sama kamu… dia Rafael, dia baik banget ama aku Gan,
sama kaya kamu. Dia juga suka coklat, persis kaya kamu.. Aku seperti
melihat kamu didalam diri Rafael Gan,, tapi apa mungkin…” aku berbicara
sendiri sambil memegang foto Morgan.
Sore itu aku sedang berada dimakamnya Morgan. Aku menangis menatapi batu nisan yang bertuliskan nama Morgan.
“Gan,,
aku kangen kamu…” gumamku lirih. Ketika aku beranjak meninggalkan makam
nya Morgan, aku seperti melihat orang yang ku kenal sedang menaruh
bunga dimakam seseorang.
“Rafael…” pikirku. Aku pun menghampiri Rafael.
“Raf, lo koq disini???” tanyaku. Rafael pun menoleh kearah ku.
“ehh, lo Mez… ini makam nyokap gue” jawab Rafael.
“ohh nyokap lo,” sahutku.
“nahh lo sendiri ngapain disini??” Tanya Rafael balik.
“gue habis ziarah ke makam pacar gue, Morgan..” Jawabku.
“ohh jadi pacar lo udah meninggal,, koq lo gak pernah cerita ama gue??” Tanya Rafael.
“cerita soal dia, bikin gue tambah sedih…” sahutku sambil merenung.
“ditinggal pergi ama orang yg
kita sayang itu lebih sakit dari apapun ya,,,” kata Rafael. Aku menoleh
kearah Rafael dengan tatapan yang sedih. Aku pun mulai menangis,
mengingat masa laluku bersama Morgan.
“koq lo nangis??” Tanya Rafael.
“ehh gak papa koq.. :)” jawabku.
“udah
lo gak boleh sedih terus,,, (mengusap air mataku) mendingan kita
sekarang ke toko Ice Cream yukk,, kita beli ice cream rasa coklat. Kan
lo pernah bilang ke gue kalo lo lagi sedih, lo kepengen makan coklat…
:)” ajak Rafael. Aku pun tersenyum kepada Rafael.
“yaudah terserah lo, tapi siapa yang bayar??” tanyaku.
“lo tenang aja, lo boleh makan ice cream sepuas-puasnya. Gue yang bayarin :D” jawab Rafael.
“yaudah deh, ayokk!!” aku menarik tangan Rafael.
Sesampainya
ditoko ice cream, Rafael memesan ice cream rasa coklat. Aku pun begitu.
Ketika ice cream sudah berada didepan mata kami, kami berdua pun
melahapnya. Rafael begitu menikmati ice cream coklat nya. Dia sama
seperti Morgan, kalo lagi makan sesuatu yang berhubungan dengan coklat
pasti gak bisa diajak ngomong, makanannya itu harus habis dulu. :D
“lo kenapa ngeliatin gue kaya
gitu?? Dimakan donk ice cream nya…” Rafael membuyarkan lamunanku. Tak
disangka Bisma juga mampir ke toko ice cream ini. Dan dia melihatku
sedang bersama Rafael. Tak ambil pusing lagi Bisma langsung
menghampiriku dengan Rafael.
“Mezty..!!!” bentak Bisma.
“apa’an sih Bis??” tanyaku heran.
“ngapain
lo disini, ama cowo ini??” Tanya Bisma sambil menunjuk wajah Rafael.
Semua orang yang sedang berada ditoko ice cream ini terkejut dan melihat
kearah kami.
“wess,, santay donk bro!!! gue cuman hangout doank bareng Mezty, emang gak boleh??” sahut Rafael yang mencoba membelaku.
“alahh
banyak bacot lo, (bukkk!!!)” Bisma menonjok pipi Rafael, akupun
terkejut. Tetapi Rafael hanya diam saja, dan tidak membalas pukulan
Bisma.
“Bisma!! Lo apa-apa’an sih, bikin malu tau gak!!!” bentakku.
“ayo pulang!!” Bisma menarik tanganku. Rafael sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Di mobil, aku memasang wajah marah kepada Bisma.
“lo tu kenapa sih?? Kaya kesurupan setan aja, bikin malu tau gak!!!” kataku tanpa menoleh kearah Bisma.
“gue gak suka aja lo deket-deket ama dia” sahut Bisma.
“terserah gue donk, mau deket ama siapa aja. Tohh lo bukan siapa-siapa gue!!” sahutku.
“lo calon tunangan gue!!!” ucap Bisma. aku terkejut dan menoleh kearah Bisma.
“sejak kapan gue jadi calon tunangan lo??” tanyaku.
“mulai sekarang, nyokap lo udah
setuju kalo kita tunangan, malahan dia seneng. So, gue berhak ngelarang
lo buat deket ama orang yang gak gue kenal termasuk Rafael!! Ngerti??”
jelas Bisma.
“lo jahat Bisma!! Gue kira lo friend yang baik,” Bentakku.
“itu semua gue lakuin karena gue sayang ama lo, mendingan sekarang lo diem!” sahut Bisma.
Sesampainya dirumah, aku langsung menemui mamah.
“mah,
kenapa mamah setuju kalo aku tunangan ama Bisma?? Mamah kan tau sendiri
kalo aku gak suka, apalagi cinta ama dia mah…” kataku.
“itu
semua mamah lakukan untuk kebahagiaan kamu sayang, mamah gak mau kamu
sedih terus mikirin Morgan. Kamu harus cari kebahagiaan kamu yang baru…”
jelas mamah.
“tunangan dengan orang yang gak
kita cintai itu malah ngebikin kita sakit mah!!! Itu sama aja kita
ngebohongin diri kita sendiri,, aku benci mah, aku benci!!!” bentakku.
Lalu aku pergi masuk kekamar. Dikamar aku membaringkan tubuhku dikasur.
Aku menangis, semua orang sepertinya sudah tidak peduli lagi denganku.
Mereka hanya mementingkan kehendak mereka sendiri.
“gue
gak kuat nerima semua ini,, Morgan seandainya kamu masih ada, pasti
semuanya gak akan kaya gini.. :’(“ gumamku sambil menangis menatapi foto
Morgan.
Keesokkan harinya dikampus, aku
merasa lesu. Aku terduduk lemas dibangku taman dikampusku.
Sebentar-sebentar aku menangis, sehingga mataku terlihat sembab.
“lo kenapa??” Tanya Rafael yang tiba-tiba duduk disebelahku.
“ehh, gak papa koq Raf,” sahutku sambil mengusap air mataku.
“nihh buat lo…” Rafael memberikan sekotak coklat kepadaku.
“banyak banget Raf, makasih ya :)” aku berterimakasih kepada Rafael.
“iya sama-sama… emm oh ya, gue boleh ngomong sesuatu gak ama lo??” Tanya Rafael.
“boleh, ngomong aja :)” jawabku.
“sebenarnya….” Rafael memotong pembicaraannya.
“yaa…” sahutku.
“sebenarnya,
gue suka ama lo…” jujur Rafael. Aku terkejut, Rafael menyukaiku. Aku
berfikir dalam hati, Tuhan bagaimana ini aku berada diantara 2 pilihan,
Rafael dan Bisma. Mereka berdua sama-sama mencintaiku.
“Mez, lo mau gak jadi cewe gue???” Rafael menembakku. Tubuhku pun menjadi lemas aku bingung harus bicara apalagi.
“ehh, emm anu.. gue…” aku berbicara gugup.
“koq lo gugup sih?? Lo gak mau ya jadi pacar gue??” Tanya Rafael.
“emm bukannya gitu, tapii…”
“gue cuman pengen ngerasain cinta terakhir gue, sebelum gue balik ke Paris” kata Rafael.
“jadi lo mau balik lagi ke Paris??” aku tidak percaya.
“yaa..” sahut Rafael.
“sebenarnya gue tuh mau ditunangin ama Bisma…”
ucapku sambil menundukkan kepala.
ucapku sambil menundukkan kepala.
“bukannya lo gak cinta ama dia..” sahut Rafael
“iya
gue tau,, tapi nyokap maksa gue… :’(“ air mataku mengalir lagi. Rafael
sepertinya tidak mau melihatku bersedih. Dia mengusapkan air mata yang
menetes dipipiku.
“gue berangkat
ke Paris 2 hari lagi. Kalo lo juga sayang ama gue, susul gue ke bandara
ya Mez, gue tunggu :)” Rafael pun meninggalkanku.
“ya Tuhan… aku harus gimana, aku bingung ya Tuhan..” gumamku.
Ketika aku tiba dirumah, suasana
rumah sangat ramai. Seperti mau ada acara. Aku melihat mamah yang
sedang berdiri didepan pintu rumah. Aku pun menghampiri mamah.
“ada acara apa nih mah??” tanyaku kepada mamah.
“ini buat acara pesta pertunangan kamu sama Bisma sayang..” jawab mamah spontan.
“apa mah?? mah kan aku udah bilang, aku gak mau tunangan sama Bisma mah!!!” tegasku.
“pokoknya kamu harus tunangan sama Bisma!! Keluarga Bisma juga sudah setuju, pertunangan kamu 2 hari lagi” sahut mamah.
“arrghhh!!!” aku pun memasuki
rumah dan tidak menghiraukan perkataan mamah. 2 hari lagi hari
pertunanganku, dan juga 2 hari lagi Rafael balik ke Paris.
****
2 hari pun berlalu, sore ini acara pertunanganku dilaksanakan. Bisma sudah tiba dirumahku sedari tadi.
“ddrrrttttddrrtrttt…” handphoneku bergetar, dan 1 pesan masuk.
“sore
ini jam 17.00 wib, gue berangkat. Kalo lo juga sayang sama gue, susul
gue di bandara tepatnya diterminal 2F, gue tunggu Mezty..” ternyata itu
sms dari Rafael.
“sms dari siapa??” Tanya Bisma sambil melirik kearah handphoneku.
“emm, temen aku. Mau bilang, katanya dia gak bisa dateng keacara tunangan kita… Iya..” jawabku agak gugup.
“ohh gitu… udah gih kamu dandan sana, yang cantik ya :)” Kata Bisma.
“iyahh…” sahutku.
Acara pertunanganku pun dimulai. Aku mengenakan baju gaun yang sangat indah. Begitu juga Bisma. Dia terlihat sangat tampan.
Tiba
saat nya sesi bertukar cincin. Pertama aku memasangkan cincin kejari
manis Bisma. Semua kulakukan dengan lancar, tanpa halangan. Tetapi
ketika Bisma hendak memasangkan cincin kejari manisku, aku sepertinya
melupakan sesuatu. RAFAEL!!! Aku lupa kalo Rafael sore ini berangkat ke
Paris. Aku pun melepaskan pegangan tangan Bisma, dan aku tidak jadi
bertunangan dengan Bisma. Aku ingin menyusul Rafael ke bandara.
“Mezty… kamu mau kemana??”
teriak Bisma. Tetapi aku tidak menjawab pertanyaan Bisma. Aku pergi
kebandara masih tetap menggunakan baju gaunku. Aku pergi menaiki taxi.
Ketika
aku sampai dibandara, aku berlari menuju terminal 2F. kuangkat baju
gaunku yang kepanjangan ini, aku tidak perduli dengan orang-orang yang
memperhatikanku.
“pak, saya mau masuk pak!” aku berbicara kepada petugas keamanan.
“tiketnya ada mba??” Tanya pak petugas.
“saya gak punya tiket pak, plis pak saya mau masuk sebentar aja pak,, tolong pak!!” aku memelas.
“maaf mba, tidak bisa” kata pak petugas.
“tolong lah pak…” kataku lagi.
“tidak bisa mba…” jawab pak
petugas lagi. Aku pun berlalu dari terminal 2F, kudengar suara pesawat
terbang. Ya, Rafael sekarang sudah pergi meninggalkan ku. Aku telah
kehilangan orang yang kusayang untuk yang kedua kalinya.
“Rafael…
gue sayang sama lo,, gue gak mau lo pergi…. Rafael, gue cinta sama lo…”
ketika itu lagu Ada Cinta milik SM*SH mengalun dibandara. Aku menangis,
terlutut dibandara. Aku menyesal karena telah membohongi perasaan ku
sendiri bahwa aku juga sangat mencintai Rafael.
“Rafael… gue sayang lo….” Gumamku.
“gue juga,” sahut seseorang dibelakang. Ketika aku menoleh, aku terkejut.
“Rafael,,” aku tak percaya.
“iya Mezty, ini gue…” sahut Rafael sambil tersenyum. Aku langsung memeluk Rafael.
“Raf, gue kira lo udah pergi..” kataku sambil menangis.
“enggak, gue masih nungguin lo koq. Gue kan berangkatnya jam 17.00,,” sahut Rafael.
“lohh, bukannya ini udah jam 17.00??” tanyaku.
“adudu Mezty, ini tuh masih jam 16.35. gimana sih,, :D” jawab Rafael.
“hahh,,berarti gue kecepatan donk -_-v” aku malu-malu.
“yaiyalahh… :D” sahut Rafael
“Raf, lo janji ya gak bakalan ninggalin gue??” tanyaku.
“iya Mez, gue gak akan pernah
ninggalin lo karena gue sayang lo… :*” Rafael mencium keningku. Akupun
tersenyum, mulai sekarang aku resmi jadian dengan Rafael, dan
pertunanganku dengan Bisma dibatalkan. Sekarang aku sudah menemukan
orang yang baik hati, selalu menyayangiku apa adanya seperti Morgan.
Walaupun Morgan dan Rafael adalah orang yang berbeda.
—TAMAT—
http://www.cerpencinta.co/2012/03/cerpen-cinta-ada-cinta.html
0 comments:
Post a Comment