Hujan deras mengguyur sejak kemarin. Hingga malam ini tidak juga kunjung reda. Di sebuah rumah sederhana merangkap kios, nampak Fatimah sibuk mengatur
dagangannya sebelum menutup kios. Sementara anak perempuannya yang
berumur dua belas tahun masih saja berdiri di depan pintu belakang.
Fatimah melihat anaknya sekilas.
“ Kenapa kamu masih berdiri saja? Katanya mau buang air?” tanyanya sambil tetap mengatur dagangannya.
“ Takut, bu.” Ucap Latifa, anaknya dengan tubuh menggigil kedinginan.
“
Takut kenapa? Kamu biasa ke sana malam-malam. Kenapa sekarang takut?”
Fatimah heran karena sikap anaknya tidak seperti biasa. Latifa sangat
pemberani. Mengapa sekarang jadi penakut?
“ Hujan, bu. Ibu temani, ya. Saya takut kesana sendirian.”
“ Terserah kamu sajalah. Ibu tinggal menutup pintu saja.”
Lima
menit kemudian berdua mereka beriringan menuju WC di pinggir kali.
Dengan penutup daun pisang, Latifa berjalan tergesa karena tak sanggup
lagi menahan sakit perutnya.
“
Ibu jangan jauh-jauh ya, bu.” Pinta Latifa sebelum masuk. Dia sengaja
tidak menutup pintu karena tidak ingin melepaskan pandangan dari ibunya.
Suasana yang gelap dan sunyi membuat pemandangan serasa menyeramkan.
Bayangan pohon kapuk, bambu bahkan kain terlihat seperti benda yang
menakutkan.
“ Nanti setelah ayahmu pulang dari merantau, kita segera buat WC dekat rumah.”
“ Iya, bu.”
Suara
benda jatuh di belakang mereka membuat Fatimah terlonjak kaget.
Ternyata ranting pohon yang patah dan jatuh tepat di belakangnya.
Fatimah merasa lega. Sejak tadi sebenarnya dia merinding namun tidak
ingin memperlihatkan rasa takutnya di depan Latifa.
“ Kenapa sekarang kamu berubah jadi penakut, Ifa? Kamu harus berani, dulu saja kamu berani. Kenapa jadi penakut?”
Tidak
ada jawaban dari Latifah. Fatimah juga tidak menunggu anaknya membalas
ucapannya. Suara benda jatuh dari arah belakang membuatnya berbalik
lagi. Kali ini dia menatap arah suara tersebut lebih lama.
“ Sialan! Ibu kira apa, ternyata cuma kayu lapuk. Kamu masih lama ya, Ifa?”
Tidak
ada suara balasan. Fatima menatap lebih dekat WC tempat Latifa buang
hajat. Mengapa tak ada bayangan orang di dalam? Karena penasaran Fatimah
melangkah mendekati pintu masuk. Kosong. Latifa tidak ada. Kemana
anaknya? Fatimah mulai cemas. Bergegas dia kembali ke rumah.
Batinnya seketika tenang saat melihat Latifah telah terlelap dalam balutan sarung.
“
Dasar, Ifa. Pulang kok gak beritahu ibu, hampir saja ibu mengira kamu
di bawa kabur penunggu kali.” Omelnya sambil menutup pintu. Fatimah
kemudian berbaring di samping putrinya.
**
Malam berikutnya, hujan deras mengguyur kampung lagi. Latifah seperti biasa minta di antar buang air.
“ Kenapa gak dari sore sih sayang? Malam-malam begini bikin takut saja. Ini sudah jam 10 malam.
Ayo, cepat! Tapi jangan seperti kemarin ya, kamu meninggalkan ibu
sendirian. Tapi kok kamu bisa kembali tanpa ibu lihat ya?”
Latifah tak menjawab. Dia berjalan terus menuju WC dekat kali.
Seperti
kejadian semalam, kali ini beberapa kali ada suara benda jatuh. Bahkan
suaranya lebih keras dari semalam. Karena penasaran, Fatimah berjalan
mendekati sumber suara tersebut. Dia lupa untuk menunggui Latifah.
“
Tidak ada apa-apa. Jadi apa ya yang jatuh itu?” gumamnya sambil melihat
sekeliling. Beberapa menit kemudian Fatimah kembali ke tempat Latifah.
Ternyata Latifah sudah menghilang. Karena kesal Fatimah segera berlari pulang ke rumah.
“ Ayo bangun!” Fatimah menyentuh tubuh Latifah yang berbalut sarung.
“ Ibu kan sudah bilang jangan pulang diam-diam. Kenapa kamu balik gak panggil-panggil ibu?”
Wajah Latifah yang ketakutan, muncul dari balik sarung.
“ Ibu kemana? Kok malah ninggalin Ifa sendirian? Ibu gak liat ada mahkluk hitam yang mau memeluk Ifa?”
“ Makhluk hitam? Ibu gak liat apa-apa? Itu hanya pikiran kamu saja yang ketakutan.”
Fatimah
tidak memperdulikan ucapan anaknya. Dia menarik kelambu lalu tidur di
samping anaknya. Sementara Latifa tidak bisa memejamkan mata. Bayangan
hitam yang nyaris memegang punggungnya membuatnya ketakutan. Mengapa
bayangan hitam itu selalu ada di sana?
**
“ Ibu mau buang air. Kamu jaga kios, baru juga jam tujuh, sayang kalau tutup cepat. Masih ada pelanggan juga di luar.”
“
Saya temani ibu, ya?” Latifah teringat bayangan hitam itu namun Fatimah
menggeleng cepat lalu bergegas ke belakang. Dalam warung, Latifah
menanti dengan cemas. Lima belas menit berlalu namun ibunya belum juga
kembali. Sementara dua orang yang sedang minum kopi di warungnya juga
asyik dengan obrolan mereka.
Tapi kegelisahan Latifah tidak berlangsung lama. Fatimah kembali dan melayani pelanggan warung mereka seperti biasa.
**
Sudah
dua hari ini, Latifah tidak lagi buang air malam-malam. Dia juga merasa
tenang. Namun yang membuatnya khawatir sekarang ganti ibunya yang buang
hajat malam-malam. Setiap malam terutama jam 12 ibunya selalu
meninggalkan Latifah sendirian di tempat tidur. Jika kebetulan Latifah
terbangun dan memergoki ibunya yang siap ke luar, Fatimah menjawab akan
ke WC di pinggir kali. Cuma anehnya selalu di jam yang sama setiap
malam.
**
Beberapa
hari berselang kampung di hebohkan dengan kematian beberapa ekor sapi.
Setiap malam seekor sapi mati mengenaskan. Leher sapi mengangga dengan
luka gigitan. Darah di tubuh sapi mengering tak bersisa setetespun.
Berita itu terdengar juga oleh Latifah dan Fatimah.
“
Ibu jangan keluar malam-malam lagi ya, bu. Nanti ibu di gigit mahkluk
menyeramkan itu.” Ucap Latifah dengan wajah cemas. Ibunya hanya
tersenyum.
“ Jangan takut, yang digigit itu sapi bukan manusia.” Jawab Fatimah dengan pandangan aneh. Sayang Latifah tidak melihatnya.
**
Malamnya
saat si ibu keluar, Latifah sengaja membuntuti ibunya. Dia pura-pura
terlelap tidur. Latifah penasaran karena ibunya selalu keluar di jam
yang sama setiap malam. Dengan mengendap-endap dan melawan rasa takut,
Latifah mengikuti langkah ibunya.
Sementara
itu Fatimah yang tidak menyadari tengah di kuntit anaknya sendiri mulai
berubah bentuk. Perlahan-lahan dia melepaskan baju dan sarungnya. Lalu
nampaklah sosok yang membuat Latifah nyaris pingsan. Ibunya berubah
menjadi harimau yang sangat besar.
Latifah
tak kuasa melangkah. Nafasnya memburu dalam rasa takut. Dia terduduk di
tanah. Tenggorokannya tercekat tak mampu memanggil ibunya. Dengan
gemetar dan langkah perlahan, Latifah kembali ke rumahnya. Dia terus
menggigil. Latifah takut bertemu ibunya. Namun dia juga tidak ingin
meninggalkan ibunya sendirian.
Saat
terdengar pintu terbuka, Latifah buru-buru memejamkan matanya. Dia
berusaha mengintip ibunya yang nampak kelelahan. Ada bercak darah di
mulut ibunya. Latifah makin ketakutan.
Ketika
ibunya berbaring di sebelahnya, Latifah hanya diam. Rasa takut, sedih
dan tak percaya ibunya berubah jadi harimau membuatnya sulit memejamkan
mata hingga pagi menjelang.
**
“
Ada harimau siluman.” Suara warga membuat langkah Latifah terhenti.
Gerbang sekolah sudah di depan mata, namun rasa penasaran membuatnya
ikut nimbrung dengan warga yang bergerombol di bawah pohon.
“ Benar ya, ada harimau yang menggigit sapi-sapi kita?” suara yang lain terdengar.
“
Iya, semalam ada lagi sapi yang mati digigit. Sayangnya semalam harimau
itu bisa lolos. Tapi warga berhasil memukul kepalanya. Mungkin sekarang
harimau itu terluka.”
Perlahan
Latifah meninggalkan kerumunan orang-orang lalu berlari pulang ke
rumah. Dia penasaran dengan ibunya, benarkah ibunya adalah harimau
siluman itu?
“
Kenapa kembali, ada yang terlupa?” tanya Fatimah yang masih berbaring
di atas tempat tidur. Latifah ragu mendekati ibunya. Dia ingin melihat
bekas luka di kepala ibunya. Jika ada berarti ibunya benar adalah
siluman harimau yang di bicarakan warga.
“
Kamu kenapa sayang?” tanya ibunya lagi. Latifah nekad bergerak maju.
Dia duduk di pembaringan dekat kepala ibunya. Dengan lembut dia mengelus
rambut ibunya.
“
Saya..saya..khawatir ibu sakit. Ibu tidak apa-apa, kan?” mata Latifah
membelalak melihat bekas luka di kepala ibunya. Ternyata benar ucapan
orang-orang kampung jika mereka telah memukul kepala harimau. Berarti
ibunya benar siluman harimau itu.
Latifah
keluar dari rumah dengan lesu. Hatinya gamang. Apakah akan terus
tinggal dengan ibunya atau menyusul ayahnya ke kota. Dia merasa tidak
nyaman lagi tinggal dengan ibunya. Sekarang yang ada hanya rasa takut.
Tiap malam menjelang, Latifah tidak bisa tidur dengan nyenyak. Entah
sampai kapan dia bisa bertahan.***
Sumber :http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/12/19/siluman-harimau/
Ceritanya good, ada efek-efek horrornya, cukup inspiratif, thanks udah ngepost cerita ini, pokoknya cerita ini keren, deh...
ReplyDeleteJangan lupa mampir di blog ku, aku juga punya cerita-cerita bertema fantasi yang seru abis:
http://binatangfantasi.blogspot.com/
http://manusiadansiluman.blogspot.com/
http://permainangryphon.blogspot.com/
http://analicestory.blogspot.com/
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
ReplyDeleteKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com