Sunday 29 July 2012

Cerpen|Siluman Harimau



Hujan deras mengguyur sejak kemarin. Hingga malam ini tidak juga kunjung reda. Di sebuah rumah sederhana merangkap kios, nampak Fatimah  sibuk mengatur dagangannya sebelum menutup kios. Sementara anak perempuannya yang berumur dua belas tahun masih saja berdiri di depan pintu belakang. Fatimah melihat anaknya sekilas.

“ Kenapa kamu masih berdiri saja? Katanya mau buang air?” tanyanya sambil tetap mengatur dagangannya.
“ Takut, bu.” Ucap Latifa, anaknya dengan tubuh menggigil kedinginan.
“ Takut kenapa? Kamu biasa ke sana malam-malam. Kenapa sekarang takut?” Fatimah heran karena sikap anaknya tidak seperti biasa. Latifa sangat pemberani. Mengapa sekarang jadi penakut?
“ Hujan, bu. Ibu temani, ya. Saya takut kesana sendirian.”
“ Terserah kamu sajalah. Ibu tinggal menutup pintu saja.”
Lima menit kemudian berdua mereka beriringan menuju WC di pinggir kali. Dengan penutup daun pisang, Latifa berjalan tergesa karena tak sanggup lagi menahan sakit perutnya.
“ Ibu jangan jauh-jauh ya, bu.” Pinta Latifa sebelum masuk. Dia sengaja tidak menutup pintu karena tidak ingin melepaskan pandangan dari ibunya. Suasana yang gelap dan sunyi membuat pemandangan serasa menyeramkan. Bayangan pohon kapuk, bambu bahkan kain terlihat seperti benda yang menakutkan.
“ Nanti setelah ayahmu pulang dari merantau, kita segera buat WC dekat rumah.”
“ Iya, bu.”
Suara benda jatuh di belakang mereka membuat Fatimah terlonjak kaget. Ternyata ranting pohon yang patah dan jatuh tepat di belakangnya. Fatimah merasa lega. Sejak tadi sebenarnya dia merinding namun tidak ingin memperlihatkan rasa takutnya di depan Latifa.
“ Kenapa sekarang kamu berubah jadi penakut, Ifa? Kamu harus berani, dulu saja kamu berani. Kenapa jadi penakut?”
Tidak ada jawaban dari Latifah. Fatimah juga tidak menunggu anaknya membalas ucapannya. Suara benda jatuh dari arah belakang membuatnya berbalik lagi. Kali ini dia menatap arah suara tersebut lebih lama.
“ Sialan! Ibu kira apa, ternyata cuma kayu lapuk. Kamu masih lama ya, Ifa?”
Tidak ada suara balasan. Fatima menatap lebih dekat WC tempat Latifa buang hajat. Mengapa tak ada bayangan orang di dalam? Karena penasaran Fatimah melangkah mendekati pintu masuk. Kosong. Latifa tidak ada. Kemana anaknya? Fatimah mulai cemas. Bergegas dia kembali ke rumah.
Batinnya seketika tenang saat melihat Latifah telah terlelap dalam balutan sarung.
“ Dasar, Ifa. Pulang kok gak beritahu ibu, hampir saja ibu mengira kamu di bawa kabur penunggu kali.” Omelnya sambil menutup pintu. Fatimah kemudian berbaring di samping putrinya.
**
Malam berikutnya, hujan deras mengguyur kampung lagi. Latifah seperti biasa minta di antar buang air.
“ Kenapa gak dari sore sih sayang? Malam-malam begini bikin takut saja. Ini sudah jam 10 malam. Ayo, cepat! Tapi jangan seperti kemarin ya, kamu meninggalkan ibu sendirian. Tapi kok kamu bisa kembali tanpa ibu lihat ya?”
Latifah tak menjawab. Dia berjalan terus menuju WC dekat kali.
Seperti kejadian semalam, kali ini beberapa kali ada suara benda jatuh. Bahkan suaranya lebih keras dari semalam. Karena penasaran, Fatimah berjalan mendekati sumber suara tersebut. Dia lupa untuk menunggui Latifah.
“ Tidak ada apa-apa. Jadi apa ya yang jatuh itu?” gumamnya sambil melihat sekeliling. Beberapa menit kemudian Fatimah kembali ke tempat Latifah.
Ternyata Latifah sudah menghilang. Karena kesal Fatimah segera berlari pulang ke rumah.
“ Ayo bangun!” Fatimah menyentuh tubuh Latifah yang berbalut sarung.
“ Ibu kan sudah bilang jangan pulang diam-diam. Kenapa kamu balik gak panggil-panggil ibu?”
Wajah Latifah yang ketakutan, muncul dari balik sarung.
“ Ibu kemana? Kok malah ninggalin Ifa sendirian? Ibu gak liat ada mahkluk hitam yang mau memeluk Ifa?”
“ Makhluk hitam? Ibu gak liat apa-apa? Itu hanya pikiran kamu saja yang ketakutan.”
Fatimah tidak memperdulikan ucapan anaknya. Dia menarik kelambu lalu tidur di samping anaknya. Sementara Latifa tidak bisa memejamkan mata. Bayangan hitam yang nyaris memegang punggungnya membuatnya ketakutan. Mengapa bayangan hitam itu selalu ada di sana?
**
“ Ibu mau buang air. Kamu jaga kios, baru juga jam tujuh, sayang kalau tutup cepat. Masih ada pelanggan juga di luar.”
“ Saya temani ibu, ya?” Latifah teringat bayangan hitam itu namun Fatimah menggeleng cepat lalu bergegas ke belakang. Dalam warung, Latifah menanti dengan cemas. Lima belas menit berlalu namun ibunya belum juga kembali. Sementara dua orang yang sedang minum kopi di warungnya juga asyik dengan obrolan mereka.
Tapi kegelisahan Latifah tidak berlangsung lama. Fatimah kembali dan melayani pelanggan warung mereka seperti biasa.
**
Sudah dua hari ini, Latifah tidak lagi buang air malam-malam. Dia juga merasa tenang. Namun yang membuatnya khawatir sekarang ganti ibunya yang buang hajat malam-malam. Setiap malam terutama jam 12 ibunya selalu meninggalkan Latifah sendirian di tempat tidur. Jika kebetulan Latifah terbangun dan memergoki ibunya yang siap ke luar, Fatimah menjawab akan ke WC di pinggir kali. Cuma anehnya selalu di jam yang sama setiap malam.
**
Beberapa hari berselang kampung di hebohkan dengan kematian beberapa ekor sapi. Setiap malam seekor sapi mati mengenaskan. Leher sapi mengangga dengan luka gigitan. Darah di tubuh sapi mengering tak bersisa setetespun.
Berita itu terdengar juga oleh Latifah dan Fatimah.
“ Ibu jangan keluar malam-malam lagi ya, bu. Nanti ibu di gigit mahkluk menyeramkan itu.” Ucap Latifah dengan wajah cemas. Ibunya hanya tersenyum.
“ Jangan takut, yang digigit itu sapi bukan manusia.” Jawab Fatimah dengan pandangan aneh. Sayang Latifah tidak melihatnya.
**
Malamnya saat si ibu keluar, Latifah sengaja membuntuti ibunya. Dia pura-pura terlelap tidur. Latifah penasaran karena ibunya selalu keluar di jam yang sama setiap malam. Dengan mengendap-endap dan melawan rasa takut, Latifah mengikuti langkah ibunya.
Sementara itu Fatimah yang tidak menyadari tengah di kuntit anaknya sendiri mulai berubah bentuk. Perlahan-lahan dia melepaskan baju dan sarungnya. Lalu nampaklah sosok yang membuat Latifah nyaris pingsan. Ibunya berubah menjadi harimau yang sangat besar.
Latifah tak kuasa melangkah. Nafasnya memburu dalam rasa takut. Dia terduduk di tanah. Tenggorokannya tercekat tak mampu memanggil ibunya. Dengan gemetar dan langkah perlahan, Latifah kembali ke rumahnya. Dia terus menggigil. Latifah takut bertemu ibunya. Namun dia juga tidak ingin meninggalkan ibunya sendirian.
Saat terdengar pintu terbuka, Latifah buru-buru memejamkan matanya. Dia berusaha mengintip ibunya yang nampak kelelahan. Ada bercak darah di mulut ibunya. Latifah makin ketakutan.
Ketika ibunya berbaring di sebelahnya, Latifah hanya diam. Rasa takut, sedih dan tak percaya ibunya berubah jadi harimau membuatnya sulit memejamkan mata hingga pagi menjelang.
**
“ Ada harimau siluman.” Suara warga membuat langkah Latifah terhenti. Gerbang sekolah sudah di depan mata, namun rasa penasaran membuatnya ikut nimbrung dengan warga yang bergerombol di bawah pohon.
“ Benar ya, ada harimau yang menggigit sapi-sapi kita?” suara yang lain terdengar.
“ Iya, semalam ada lagi sapi yang mati digigit. Sayangnya semalam harimau itu bisa lolos. Tapi warga berhasil memukul kepalanya. Mungkin sekarang harimau itu terluka.”
Perlahan Latifah meninggalkan kerumunan orang-orang lalu berlari pulang ke rumah. Dia penasaran dengan ibunya, benarkah ibunya adalah harimau siluman itu?
“ Kenapa kembali, ada yang terlupa?” tanya Fatimah yang masih berbaring di atas tempat tidur. Latifah ragu mendekati ibunya. Dia ingin melihat bekas luka di kepala ibunya. Jika ada berarti ibunya benar adalah siluman harimau yang di bicarakan warga.
“ Kamu kenapa sayang?” tanya ibunya lagi. Latifah nekad bergerak maju. Dia duduk di pembaringan dekat kepala ibunya. Dengan lembut dia mengelus rambut ibunya.
“ Saya..saya..khawatir ibu sakit. Ibu tidak apa-apa, kan?” mata Latifah membelalak melihat bekas luka di kepala ibunya. Ternyata benar ucapan orang-orang kampung jika mereka telah memukul kepala harimau. Berarti ibunya benar siluman harimau itu.
Latifah keluar dari rumah dengan lesu. Hatinya gamang. Apakah akan terus tinggal dengan ibunya atau menyusul ayahnya ke kota. Dia merasa tidak nyaman lagi tinggal dengan ibunya. Sekarang yang ada hanya rasa takut. Tiap malam menjelang, Latifah tidak bisa tidur dengan nyenyak. Entah sampai kapan dia bisa bertahan.***
Sumber :http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/12/19/siluman-harimau/

2 comments:

  1. Ceritanya good, ada efek-efek horrornya, cukup inspiratif, thanks udah ngepost cerita ini, pokoknya cerita ini keren, deh...
    Jangan lupa mampir di blog ku, aku juga punya cerita-cerita bertema fantasi yang seru abis:
    http://binatangfantasi.blogspot.com/
    http://manusiadansiluman.blogspot.com/
    http://permainangryphon.blogspot.com/
    http://analicestory.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete